Ada 2 asas yang dianut negara-negara di dunia ini dalam menentukan kewarganegaraan seorang anak. Yakni asas Ius Soli dan Asas Ius Sanguinis.
Berikut saya akan mencoba menjelaskan prinsip dari kedua asas tersebut
dan beberapa permasalahan yang timbul dengan penerapan kedua asas
tersebut.
Pengertian Ius Soli dan Ius Sanguinis
Asas Ius Soli adalah asas pemberian kewarganegaraan
berdasarkan tempat kelahiran (terbatas). Negara yang menganut asas ini
akan mengakui kewarganegaraan seorang anak yang lahir sebagai
warganegaranya hanya apabila anak tersebut lahir di wilayah negaranya,
tanpa melihat siapa dan darimana orang tua anak tersebut. Asas ini
memungkinkan adanya bangsa yang modern dan multikultural tanpa dibatasi
oleh ras, etnis, agama, dll. Contoh negara yang menganut asas ini adalah
AS, Argentina, Banglades dan Brazil.
Sedangkan;
Asas Ius Sanguinis adalah asas pemberian
kewarganegaraan berdasarkan keturunan orang tuanya. Negara yang menganut
asas ini akan mengakui kewarganegaraan seorang anak sebagai warga
negaranya apabila orang tua dari anak tersebut adalah memiliki status
kewarganegaraan negara tersebut (dilihat dari keturunannya). Asas ini
akan berakbibat munculnya suatu negara dengan etnis yang majemuk. Contoh
negara yang menganut asas ini adalah negara-negara yang memiliki
sejarah panjang seperti negara-negara Eropa dan Asia. Contoh negara yang
menganut asas ius sanguinis ini yakni Brunai, Jordania, Malaysia,
Belanda, Cina.
Masalah yang timbul dari kedua asas ini;
Bipatride, yakni timbulnya 2 kewarganegaraan. Hal
ini terjadi karena seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas
ius sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius
soli. Sehingga kedua negara (negara asal dan negara tempat kelahiran)
sama-sama memberikan status kewarganegaraannya.
Apatride, yakni kasus dimana seorang anak tidak
memiliki kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang
berasal dari negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak
di negara yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara
baik itu negara asal Ibunya ataupun negara kelahirannya yang mengakui
kewarganegaraan anak tersebut.
Dalam UU RI No. 12 Tahun 2006, memang tidak dibenarkan seseorang
memiliki 2 kewarganegaraan atau tidak memiliki kewarganegaraan. Tapi
untuk anak-anak ada pengecualian. Dengan catatan setelah anak tersebut
berusia 18 tahun, dia harus memilih status kewarganegaraannya. Status kewarganegaraan tersebut dapat diperoleh dengan cara “Naturalisasi“,
yakni dapat berupa pengajuan atau penolakan kewarganegaraan(disertai
penerimaan status kewarganegaraan yang lain) tentunya dengan memenuhi
persyaratan dari negara yang diajukan.
SUMBER
No comments:
Post a Comment